Sabtu, 04 Januari 2014

Syair Cita-cita

Masa lalu, oh masa lalu, engkau yang sering menjadi malapetaka bagi memori setiap kenanganku, juga sebagai cambuk bagi kehidupanku setelahnya, ohh masa lalu meski engkau telah berlalu aku berharap tak berlalu bersamamu. Aku pun ikrar dengan janji, aku telah membela mimpi-mimpiku, aku telah berusaha mewujudkan itu, pendidikan telah jauh dari pendidikan, mendidik bukan lagi pada mental tapi uang telah menjadi peluang, idealisme telah kotor dan najis untuk jaman saat ini. 

orang idealis bagaikan penyakitan, yang tak mungkin sembuh, mereka seperti dikucilkan bagai imam bonjol di asingkan di tanah Sulawesi Utara. Pendidikan adalah tonggak kehidupan, pendidikan bukan hanya mejadi sorotan media mencari harta, peluang manusia menciptakan uang, dan tikus-tikus yang berlagak cerdas namun candas di atas tinta kesucian.

 Mimpi telah beribu, angan telah membumbung, semua telah tertulis dan terlukis. aku pun mengkerucutkannya seperti Nasi Tumpeng. aku bermimpi ingin menjadi seorang tokoh Indonesia menjadi seorang yang akan di kenang dan di hormati di tanah pertiwi ini, aku ingin berjuang seperti beruang aku ingin maju dan melaju mengejar mimpiku, akan hentikan semua senda gurau dan foya-foya yang hanya menjadi fatamorgana, aku tak peduli meski tulang akan patah, hinaan dan ejekan akan mencekam, sakit hati dan luka akan menduka. inilah aku orang hebat tidak di besarkan dengan,sanjungan orang hebat tidak di besarkan dari jiwa yang berfoya-foya. aku ingin berjuang meski tulang akan remuk, sendi ku akan berteduh dari keletihan, meski mataku akan menghitam legam mencengkram, aku tak peduli karena orang di besar dari air mata buka tertawa.

 Aku bermimpi agar pendidikan di bangsaku ini melahirkan konsep dengan omset yang menjadi investasi moral anak bangsa kita, politik busuk harus di gusur dari bangsa ini, kita harus berevolusi, meski penjajah telah tiada meski senjata tak lagi berjaya, tapi kita perlu merubah, merubah apa yang seharusnya dirubah menuju hidup yang lebih bermakna. Aku berharap dan bermimpi bisa menjadi Bpk revolusioner pendidikan bangsa ini

Aku ingin meneruskan jasa KH. Dewantara, meneruskan dakwah cerdas sang Buya Hamkah, aku ingin membuat KH Ahmad Dahlan tersenyum melihat anak bangsa dengan bangganya, aku ingin melihat senyuman manis Ibu kita Kartini yang telah lama pudar di makan udara kapitalisme, aku ingin sekali memeluk Bung Tomo yang penuh totalitas berkelas, dan aku berharap Soeharto tetap tertawa dengan wibawah melihat anak bangsanya. Merekalah para jiwa-jiwa hebat, segenap dari mereka menyandarkan harap dan cita-cita bangsa ini, merdeka itu mudah tapi mengisi kemerdekaan hendaklah tak mudah, hirup pikuk kegagalan bangsa telah terasa, seakan ibu pertiwi kesayang kita telah menangis, dia telah kehilangan senyum lamanya bak Hayati yang kehilangan senyumanya di buku Van derwick. 

Di atas ini aku berjanji sehidup semati merubah bangsa ini dari apa yang mesti di rubah, wahai para tokoh bangsa ini, jikalau tantang akan menantang, rintangan akan menghadang, dan perjuangan akan berbicara. temukanlah aku di padang mimpimu di dasar cintamu untuk bangsa ini 

Manado 4-01-2014


Rakhmat Ramdhany Hunta
Revolusioner Pendidikan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar