Awal Sejarah
Ketika dunia berkecamuk dengan penindasan dan
kezdaliman. Lahirlah sebuah cerita
klasik nan otentik
Kota itu di sebut TAZKIA, kota yang begitu
kecil di antara negara-negara yang berada di kerjaan Bani Mahmuda. Sebuah kota
yang terpinggirkan berada di bagian utara Kerajaan Bani Mahmuda. Kota yang di
penuhi penindasan pemimpin dan kentalnya golongan aristokrat yang membuat
kedudukan hanya akan di kuasai oleh keluarga-keluarga yang memiliki darah
kerajaan. ketika sistem demokrasi yang ingin di revolusi oleh sebagian
pemberontak tak jarang pemimpinnya menyewa beberapa orang untuk membunuh
keluarga pemberontak dan menghancurkan rumah tempat tinggal. Kerusuhan terjadi
dimana-mana semakin hari pemberontak semakin hidup, mereka menolak sistem
monarki yang tak relevan dengan keadaan.
Mereka mununtut bahwa pemimpin
haruslah pihak yang berkompeten bukan memiliki darah keturunan. Tazkialah kota yang
paling berbahaya di kerjaan itu, bahkan Alim Abdalah sebagai raja Bani Mahmuda berniat
melepaskan TAZKIA dari daerah kekuasaannya karena stabilitas ekonomi dan
politik yang begitu berkecamuk membuat kerajaan Mahmuda kewalahan, telah banyak
membuang tenaganya untuk hal ini, tak sedikit pasukan dari kerajaan pusat
menurunkan pasukan untuk melawan pemberontakan di kota TAZKIA banyak dana yang
terbuang percuma demi menjaga stabilitas politik dan ekonominya,tapi raja yakin
bahwa mitos itu benar bahwa tazkia adalah wilayah yang perlu di
pertimang-timangkan, hanya perlu menyapu bersih para pembrontak maka kekacaun ini akan menemukan titik haluan
terang .
TAZKIA berada di daerah perbatasan kerajaan
Romawi Kuno yang berhasil di taklukan oleh Bani Hasan yang di pimpin oleh Osman
Hasan, dahulu juga Tazkia adalah daerah kekuasaan Bani Hasan namun Kerajaan
Mahmuda merelakan diri mati-matian untuk mempertahankan TAZKIA karena potensi
alam dan peradabannya kedepan akan menjadi ancaman bagi Bani Hasan. Bani Hasan
pun ingin sekali menaklukan kembali TAZKIA yang pernah mereka kuasai sebagai
investasi negeri mereka kedepan tapi tak semuda itu. Meski Tazkia di penuhi
pemberontak dan stabilitas Politik yang cenderung mengandalkan keluarga sebagai
tolok ukur kepemimpinan. Padahal sistem kerajaan Mahmuda telah mendirikan
Tarbiyah Khalifa yang betugas untuk melatih anak raja untuk menjadi calon
pemimpin pengganti Ayahnya ketika mati nanti.
Tapi kemudian dana yang di turunkan
kerajaan Mahmuda tidak di jalankan secara baik banyak korupsi yang terjadi
dikarenakan anggaran yan menggiurkan.
Sehingga ketika program Tarbiyah Khalifa tak berjalan dengan baik maka lahirlah
anak-anak raja yang Dzalim dan keras. Mereka tak dilatih untuk mengayomi tapi
mendzalimi, bahkan Gubernur Tazkia hanya sibuk memperkaya diri dan memperkuat
militer sehingga menjadi ancaman Bani Mahmuda sehingga tiba saatnya ketakutan
itu akan terwujud bahwa Tazkia siap menjadi milik pribadi, mereka siap
mendirikan kerajaan baru serta menjadi Ancaman bagi Bani Hasan. Di balik semua
ini Hamdan Manaf sebagai Gubernur dengan segala startegi dan ambisi siap mendirikan Negeri Tazkia dan
menghancurkan seluruh wilayah kekuasaan kerajaan yang di segani yakni Mahmuda.
Selamat datang
di dunia riba, dimana orang pintar dikalahkan dengan orang berakhlak,
negeri itu tidaklah bodoh dan dungu, gudang-gudang kecerdasan menumpuk di sini
tapi sekali lagi kerakusan dan ketamakan akan mengantarkan pada altar kehancuran.
Hamdan Manaflah sebagai
promotornya, tengoklah kisah berlembar-lembar ini maka akan engkau tengok
seperti apa kedurhakaan pemimpin dan upaya para pembrontak dalam membrantas
riba.
Membangun sebuah tatanan perekonomian yang bebas dari Riba, haruslah secara terstruktur. Karena riba telah di bangun secara terstruktur dan terus dipelihara oleh beberapa lembaga perekonomian internasional yang mengaku sebagai pemberi bantuan atau modal, padahal sejatinya mereka meminta imbalan lewat penggandaan nilai modal, sehingga bila tidak sanggup, maka kemudian meminta sebagian aset untuk di jual sebagai penggantinya. Hasilnya, negara-negara yang mampu memberikan modal bisa menguasai negara-negara yang menerima modal. Menjadikan mereka sebagai aset menjanjikan. Wallahu'alam
BalasHapusiya saya sepakat dengan itu, karena riba mengadung sebuah tatanan yang membuat setiap pelakunya untuk meraup untung sebanyak-banyaknya tanpa memikirkan aspek dan dampak sosial.
BalasHapussistem riba sesungguhnya telah melawan fitrah manusia, karena mereka melakukan sebuah transaksi yang bertentnagan dengan hati dan nalurinya.
di cerpen ini saya akan membahas riba dari sebuah kaca mata yang berbeda, jikalau saudara berkenan silahkan di ikuti tulisan-tulisan selanjutnya.
terima kasih telah mengunjungi blog saya . @miu Chrust