Minggu, 12 April 2015

My Name Is Riba (Part 1)



Awal Sejarah
Ketika dunia berkecamuk dengan penindasan dan kezdaliman. Lahirlah sebuah cerita klasik nan otentik

Kota itu di sebut TAZKIA, kota yang begitu kecil di antara negara-negara yang berada di kerjaan Bani Mahmuda. Sebuah kota yang terpinggirkan berada di bagian utara Kerajaan Bani Mahmuda. Kota yang di penuhi penindasan pemimpin dan kentalnya golongan aristokrat yang membuat kedudukan hanya akan di kuasai oleh keluarga-keluarga yang memiliki darah kerajaan. ketika sistem demokrasi yang ingin di revolusi oleh sebagian pemberontak tak jarang pemimpinnya menyewa beberapa orang untuk membunuh keluarga pemberontak dan menghancurkan rumah tempat tinggal. Kerusuhan terjadi dimana-mana semakin hari pemberontak semakin hidup, mereka menolak sistem monarki yang tak relevan dengan keadaan. 

Mereka mununtut bahwa pemimpin haruslah pihak yang berkompeten bukan memiliki darah keturunan. Tazkialah kota yang paling berbahaya di kerjaan itu, bahkan Alim Abdalah sebagai raja Bani Mahmuda berniat melepaskan TAZKIA dari daerah kekuasaannya karena stabilitas ekonomi dan politik yang begitu berkecamuk membuat kerajaan Mahmuda kewalahan, telah banyak membuang tenaganya untuk hal ini, tak sedikit pasukan dari kerajaan pusat menurunkan pasukan untuk melawan pemberontakan di kota TAZKIA banyak dana yang terbuang percuma demi menjaga stabilitas politik dan ekonominya,tapi raja yakin bahwa mitos itu benar bahwa tazkia adalah wilayah yang perlu di pertimang-timangkan, hanya perlu menyapu bersih para pembrontak maka  kekacaun ini akan menemukan titik haluan terang .

TAZKIA berada di daerah perbatasan kerajaan Romawi Kuno yang berhasil di taklukan oleh Bani Hasan yang di pimpin oleh Osman Hasan, dahulu juga Tazkia adalah daerah kekuasaan Bani Hasan namun Kerajaan Mahmuda merelakan diri mati-matian untuk mempertahankan TAZKIA karena potensi alam dan peradabannya kedepan akan menjadi ancaman bagi Bani Hasan. Bani Hasan pun ingin sekali menaklukan kembali  TAZKIA yang pernah mereka kuasai sebagai investasi negeri mereka kedepan tapi tak semuda itu. Meski Tazkia di penuhi pemberontak dan stabilitas Politik yang cenderung mengandalkan keluarga sebagai tolok ukur kepemimpinan. Padahal sistem kerajaan Mahmuda telah mendirikan Tarbiyah Khalifa yang betugas untuk melatih anak raja untuk menjadi calon pemimpin pengganti Ayahnya ketika mati nanti.

 Tapi kemudian dana yang di turunkan kerajaan Mahmuda tidak di jalankan secara baik banyak korupsi yang terjadi dikarenakan anggaran yan  menggiurkan. Sehingga ketika program Tarbiyah Khalifa tak berjalan dengan baik maka lahirlah anak-anak raja yang Dzalim dan keras. Mereka tak dilatih untuk mengayomi tapi mendzalimi, bahkan Gubernur Tazkia hanya sibuk memperkaya diri dan memperkuat militer sehingga menjadi ancaman Bani Mahmuda sehingga tiba saatnya ketakutan itu akan terwujud bahwa Tazkia siap menjadi milik pribadi, mereka siap mendirikan kerajaan baru serta menjadi Ancaman bagi Bani Hasan. Di balik semua ini Hamdan Manaf sebagai Gubernur dengan segala startegi  dan ambisi siap mendirikan Negeri Tazkia dan menghancurkan seluruh wilayah kekuasaan kerajaan yang di segani yakni Mahmuda. 

Selamat datang  di dunia riba, dimana orang pintar dikalahkan dengan orang berakhlak, negeri itu tidaklah bodoh dan dungu, gudang-gudang kecerdasan menumpuk di sini tapi sekali lagi kerakusan dan ketamakan akan mengantarkan pada altar kehancuran. Hamdan Manaflah sebagai promotornya, tengoklah kisah berlembar-lembar ini maka akan engkau tengok seperti apa kedurhakaan pemimpin dan upaya para pembrontak dalam membrantas riba.

2 komentar:

  1. Membangun sebuah tatanan perekonomian yang bebas dari Riba, haruslah secara terstruktur. Karena riba telah di bangun secara terstruktur dan terus dipelihara oleh beberapa lembaga perekonomian internasional yang mengaku sebagai pemberi bantuan atau modal, padahal sejatinya mereka meminta imbalan lewat penggandaan nilai modal, sehingga bila tidak sanggup, maka kemudian meminta sebagian aset untuk di jual sebagai penggantinya. Hasilnya, negara-negara yang mampu memberikan modal bisa menguasai negara-negara yang menerima modal. Menjadikan mereka sebagai aset menjanjikan. Wallahu'alam

    BalasHapus
  2. iya saya sepakat dengan itu, karena riba mengadung sebuah tatanan yang membuat setiap pelakunya untuk meraup untung sebanyak-banyaknya tanpa memikirkan aspek dan dampak sosial.
    sistem riba sesungguhnya telah melawan fitrah manusia, karena mereka melakukan sebuah transaksi yang bertentnagan dengan hati dan nalurinya.

    di cerpen ini saya akan membahas riba dari sebuah kaca mata yang berbeda, jikalau saudara berkenan silahkan di ikuti tulisan-tulisan selanjutnya.

    terima kasih telah mengunjungi blog saya . @miu Chrust

    BalasHapus