Kelahiran
Fatih
Di tengah gemuru pembrontakan serta ribuan
masyarakat yang di bodohi dengan strategi yang di buat raja Alim menjadi cikal
bakal runtuhnya Benua Mahmuda. Rakyat seakan bahagia jika di perlakukan
layaknya orang kaya tapi tak pernah berfikir bahwa pencapai negara adalah yang
utama, masa depan negaralah yang menjadi nyawa kita bukanlah kemakmuran yang
menjadi tolok ukur kesuksesan seorang Raja. Pembrontakan seolah lelah ketika
berperang melawan 3 Generasi, ribuan orang telah terbunuh percuma ,Aziz Bin
Fatih adalah keluarga pembrontak,semua di anggap ancaman bagi kerajaan. Azizlah keturunan ketiga yang
memimpin pembrontakan. Dengan kondisi fisik yang lemah serta berbagai cedera
yang di derita membuat Aziz menarik ulur pasukannya, Aziz sadar bahwa anaknya
tinggallah Fatih Rakhmat seorang diri, putra keduanya telah mati di serang oleh
pihak kerajaan yakni Fadli Bin Aziz. Aziz sadar jika Fatih di bunuh maka tamatlah semua garis
keturunannya. Aziz
memberi nama Fatih Bin Rakhmat agar menyembunyikan identitas Aziz yang di
kenang sebagai pemberontak di Benua Mahmuda. Pemberontak seolah lelah dengan
semua ini, mereka memilih mundur dan mejaga garis keturunannya. Dan hari itu
Aziz menemui semua pasukannya dan berpidato untuk terakhir kalinya:
“Hari
ini adalah hari baru, 3 generasi cukup melelahkan bagi kita untuk membrontak
tak banyak yang bisa kita hasilkan hanyalah kematian anak dan keluarga kita
yang menjadi hadiah. Rakyat sudah di butakan dengan Raja Alim yang rakus dan menghambur-hamburkan
hartanya, para penasehat kerajaan pun merasa sistem Raja Alim adalah awal mula
tatanan baru. Terlena dengan kekayaan ilmu dan harta membuat mereka tak
berpikir masa depan Benua kita. Biarlah kita di sini tetap menenatang dalam
hati dan menjaga keluarga, biarkanlah anak kita tetap hidup dan berikan
kesempatan bagi nyawa mereka untuk tetap bertahan dan memimpin Benua ini.
Biarlah mereka yang menuntaskan Tazkia dari sistem riba.Usia kita tak lagi
muda, biarlah kakek buyut kita mengerti mengapa kita melanggar sumpahnya. Dan
hari ini ku doakan yang terbaik untuk kematian isteri dan anak kalian tercinta
wahai prajurit terbaik yang ku miliki.
aku selalu mengatakan pada Isteri sebelum akan terlelap nanti:” wahai Isteriku
tercinta Ibu dari segala perjuanganku selama ini yang setia menemani dan
mengayomi, ceritakanlah semua perjuanganku selama ini kepada anak-anakku nanti
selepas mereka mengerti, agar suatu saat ketika batu nisan kita telah menua
mereka akan mengusapnya dan berkata: “Aku bangga memilikimu wahai
Ayah”.
Selepas itu Ibunda Fatih Aisyah menangis
sambil menggendong Fatih yang masih berumur sebulan terharu mendengar pidato terakhir Suaminya. Tak lama
setelah turun dari panggung kehormatan itu Aziz terjatuh, kepalanya terbentur
ke lantai, semua panik hari itu melihat Aziz telah berlumuran darah di bagian
perutnya perlahan terpercik darah dari mulut, isterinya pun bergegas menuju
Aziz meletakan kepalanya di atas paha
sambil memeluk Fatih seakan Aisyah menginsyaratkan bahwa aku ingin Fatih Anaku tercinta
melihat kematian Ayahnya, Aisyah tak lagi berbuat banyak hanya memeluk dan
mengecup jidat suaminya dan berkata: “ Aku akan selalu mencintaimu tunggulah
aku di gerbang surga, jemputlah aku jika tak sanggup amalku mencapai surga.
Aziz pun degan suara yang kian tersendat di
akhir hayatnya berkata: ukhuukk, Aii Aii Aisy Aisyah jagalah Fatih jadi jadik
jadikanlah anak yang bisa me mele melebi melebihiku. Aziz pun mengecup Aisyah
dan Fatih: “Meski aku akan terjatuh dalam sengatan api neraka aku akan
menjemputmu dan mengisi ruang amalmu di surga nanti”.
Semua menangis hari itu, para pengikut Aziz
tersendu-sendu, berontak mereka tak kuasa menahan pedih,semua seakan terlalu
cepat berlalu. Masing-masing saling menenangkan diri menyesal seakan tak guna
tak menangispun seakan berdosa.
Aisyah pun meminta pemakaman hari itu tanpa
memandikannya. Semua bertanya-tanya?
“Bisahkan kita melakukan upacara dan doa,
bisakah kita perlakukan dia layaknya manusia dan pemimpin kita”. Ujara pengikut
“Kematian di adalah syahid, para tentara Raja
Alim di bawah pimpinan Gubernur Hamdan Manaf telah mengeksekusinya, tapi Aziz
mengingkan eksekusinya di lakukan di markas kita. Dan Aziz meminta agar dia
hanya di tusuk supaya dia masih tetap berpidato di depan kalian semua. Dia tak
ingin kematiannya diketahui banyak orang dia ingin kematian adalah kehormatan bukan
kehinaan. Meski dia merasakan kesakitan dia tetap mencintai kita memberikan
penghormatan terkahir.
Di tak inign kita membalas dendam biarlah
kematian Suamiku menjadi akhir dari semua usaha dia tak ingin keluarga kalian
terluka dan di kejar-kejar tentara kerajaan.
Dan kematian itulah, awal sejarah bahwa telah. Lahir
seorang Anak bernama: Fatih Rakhmat cikal bakal pembrontak era baru, yang siap
membalaskan dendam Ayahnya dan kelompoknya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar