Kamis, 23 April 2015

My Name Is Riba (Part 5)



 

Kelahiran Fatih

Di tengah gemuru pembrontakan serta ribuan masyarakat yang di bodohi dengan strategi yang di buat raja Alim menjadi cikal bakal runtuhnya Benua Mahmuda. Rakyat seakan bahagia jika di perlakukan layaknya orang kaya tapi tak pernah berfikir bahwa pencapai negara adalah yang utama, masa depan negaralah yang menjadi nyawa kita bukanlah kemakmuran yang menjadi tolok ukur kesuksesan seorang Raja. Pembrontakan seolah lelah ketika berperang melawan 3 Generasi, ribuan orang telah terbunuh percuma ,Aziz Bin Fatih adalah keluarga pembrontak,semua di anggap ancaman bagi  kerajaan. Azizlah keturunan ketiga yang memimpin pembrontakan. Dengan kondisi fisik yang lemah serta berbagai cedera yang di derita membuat Aziz menarik ulur pasukannya, Aziz sadar bahwa anaknya tinggallah Fatih Rakhmat seorang diri, putra keduanya telah mati di serang oleh pihak kerajaan yakni Fadli Bin Aziz. Aziz sadar jika Fatih di bunuh  maka tamatlah semua garis 

keturunannya. Aziz memberi nama Fatih Bin Rakhmat agar menyembunyikan identitas Aziz yang di kenang sebagai pemberontak di Benua Mahmuda. Pemberontak seolah lelah dengan semua ini, mereka memilih mundur dan mejaga garis keturunannya. Dan hari itu Aziz menemui semua pasukannya dan berpidato untuk terakhir kalinya:

Hari ini adalah hari baru, 3 generasi cukup melelahkan bagi kita untuk membrontak tak banyak yang bisa kita hasilkan hanyalah kematian anak dan keluarga kita yang menjadi hadiah. Rakyat sudah di butakan dengan  Raja Alim yang rakus dan menghambur-hamburkan hartanya, para penasehat kerajaan pun merasa sistem Raja Alim adalah awal mula tatanan baru. Terlena dengan kekayaan ilmu dan harta membuat mereka tak berpikir masa depan Benua kita. Biarlah kita di sini tetap menenatang dalam hati dan menjaga keluarga, biarkanlah anak kita tetap hidup dan berikan kesempatan bagi nyawa mereka untuk tetap bertahan dan memimpin Benua ini. Biarlah mereka yang menuntaskan Tazkia dari sistem riba.Usia kita tak lagi muda, biarlah kakek buyut kita mengerti mengapa kita melanggar sumpahnya. Dan hari ini ku doakan yang terbaik untuk kematian isteri dan anak kalian tercinta wahai prajurit terbaik yang  ku miliki. aku selalu mengatakan pada Isteri sebelum akan terlelap nanti:” wahai Isteriku tercinta Ibu dari segala perjuanganku selama ini yang setia menemani dan mengayomi, ceritakanlah semua perjuanganku selama ini kepada anak-anakku nanti selepas mereka mengerti, agar suatu saat ketika batu nisan kita telah menua mereka akan mengusapnya dan berkata: “Aku bangga memilikimu  wahai  Ayah”.

Selepas itu Ibunda Fatih Aisyah menangis sambil menggendong Fatih yang masih berumur sebulan terharu mendengar pidato terakhir Suaminya. Tak lama setelah turun dari panggung kehormatan itu Aziz terjatuh, kepalanya terbentur ke lantai, semua panik hari itu melihat Aziz telah berlumuran darah di bagian perutnya perlahan terpercik darah dari mulut, isterinya pun bergegas menuju Aziz  meletakan kepalanya di atas paha sambil memeluk Fatih seakan Aisyah menginsyaratkan bahwa aku ingin Fatih Anaku tercinta melihat kematian Ayahnya, Aisyah tak lagi berbuat banyak hanya memeluk dan mengecup jidat suaminya dan berkata: “ Aku akan selalu mencintaimu tunggulah aku di gerbang surga, jemputlah aku jika tak sanggup amalku mencapai surga. 

Aziz pun degan suara yang kian tersendat di akhir hayatnya berkata: ukhuukk, Aii Aii Aisy Aisyah jagalah Fatih jadi jadik jadikanlah anak yang bisa me mele melebi melebihiku. Aziz pun mengecup Aisyah dan Fatih: “Meski aku akan terjatuh dalam sengatan api neraka aku akan menjemputmu dan mengisi ruang amalmu di surga nanti”. 

Semua menangis hari itu, para pengikut Aziz tersendu-sendu, berontak mereka tak kuasa menahan pedih,semua seakan terlalu cepat berlalu. Masing-masing saling menenangkan diri menyesal seakan tak guna tak menangispun seakan berdosa.

Aisyah pun meminta pemakaman hari itu tanpa memandikannya. Semua bertanya-tanya?
“Bisahkan kita melakukan upacara dan doa, bisakah kita perlakukan dia layaknya manusia dan pemimpin kita”. Ujara pengikut
 
“Kematian di adalah syahid, para tentara Raja Alim di bawah pimpinan Gubernur Hamdan Manaf telah mengeksekusinya, tapi Aziz mengingkan eksekusinya di lakukan di markas kita. Dan Aziz meminta agar dia hanya di tusuk supaya dia masih tetap berpidato di depan kalian semua. Dia tak ingin kematiannya diketahui banyak orang dia ingin kematian adalah kehormatan bukan kehinaan. Meski dia merasakan kesakitan dia tetap mencintai kita memberikan penghormatan terkahir.
Di tak inign kita membalas dendam biarlah kematian Suamiku menjadi akhir dari semua usaha dia tak ingin keluarga kalian terluka dan di kejar-kejar tentara kerajaan.

Dan kematian itulah, awal sejarah bahwa telah. Lahir seorang Anak bernama: Fatih Rakhmat cikal bakal pembrontak era baru, yang siap membalaskan dendam Ayahnya dan kelompoknya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar